Lika-liku Nelayan Demak Atasi Banjir, dari Meninggikan Rumah hingga Bermigrasi
Perpindahan penduduk sementara adalah adaptasi lanjutan yang merupakan pemandangan umum ketika keluarga mengungsi sementara ke daerah yang lebih aman sampai rumah surut dari rob. Ini adalah langkah praktis untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan anggota keluarganya jika peningkatan intensitas rob tidak bisa diikuti dengan langkah adaptasi sebelumnya.
Setelah semua dilakukan dan tidak ada perubahan, pilihan sulit harus diambil masyarakat pesisir Demak: migrasi permanen.
Migrasi berperan penting dalam meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang sedang berlangsung. Ini dianggap sebagai salah satu dari berbagai cara populasi manusia beradaptasi dengan perubahan lingkungan sejak zaman dulu.
Sayangnya, meskipun migrasi dapat memberikan peluang peningkatan kehidupan dan akses sumber daya para keluarga nelayan, hal itu tidak selalu merupakan strategi adaptasi yang efektif.
Efektivitas migrasi sebagai strategi adaptasi bergantung pada berbagai faktor, antara lain ketersediaan sumber daya, jaringan sosial, dan sistem pendukung di daerah tujuan.
Masalah sosial bisa saja muncul karena migrasi, seperti pengangguran keluarga nelayan akibat tidak memilki keterampilan lain selain di sektor perikanan. Riset dari proyek penelitian kolaboratif, BlueUrban, menemukan warga dusun Simonet di Pekalongan kehilangan akses ke mata pencaharian, umumnya sebagai petani melati atau nelayan muara, karena desa mereka tenggelam.
Kesejahteraan mental penduduk yang mengungsi juga menuntut pertimbangan yang cermat, mengingat potensi trauma dan stres yang timbul dari akar budaya yang tercerabut.
Upaya mitigasi bencana
Dalam hubungan antara bencana dan perubahan iklim, migrasi dan perpindahan berperan penting dalam transformasi masyarakat. Namun, upaya untuk mengatasi kompleksitas migrasi lingkungan memerlukan pendekatan yang menyeluruh.
Pemerintah perlu segera membuat kebijakan dan strategi untuk mengurangi dampak bencana dan perubahan iklim terhadap migrasi dan pengungsian. Keluarga nelayan skala kecil di Demak yang tengah menghadapi tantangan ganda akibat kenaikan permukaan air laut dan banjir dapat menjadi contoh sasaran.
Saat ini belum ada kebijakan dan program khusus dari pemerintah untuk menangani banjir rob akibat kenaikan muka air laut. Sebab, rob belum dikategorikan sebagai bencana.
Pemerintah memang memiliki kebijakan penanggulangan bencana banjir akibat tingginya curah hujan. Sayangnya, penerapan kebijakan—khususnya di Demak—masih belum menyeluruh karena belum memerhatikan karakteristik bentang lahan daerah tersebut yang mengalami penurunan muka tanah.
Migrasi dari desa yang terendam memang keputusan terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup. Namun, langkah ini seharusnya bukan menjadi sekadar strategi “pelarian” masalah.
Pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya perlu ikut serta dengan upaya mitigasi bencana lainnya seperti pembuatan “benteng pesisir” melalui pemulihan ekosistem mangrove yang sehat, perencanaan penggunaan lahan yang bijaksana, dan penggabungan langkah-langkah adaptasi perubahan iklim lainnya.
Theconversation
Robby Irfany Maqoma (Editor Lingkungan)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari sukabumiNews.id. Mari bergabung di Grup Telegram “sukabumiNews Update”, caranya klik link https://t.me/sukabuminews, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2024
Comments are closed.